BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum untuk sekarang ini masih memegang peran
penting dalam suatu pendidikan sebab sebagai penentuan arah isi dan proses
pendidikan yang menentukan kualitas lulusan kelak. Dari taun ketahun kurikulum
mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian menteri yang selama ini
difikirkan oleh masyarakat. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh
perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran-aliran atau
teori pendidikan yang dianut pada masanya. Proses perubahan secara mendasar dan
sistematis, kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan
proses tranformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan kedalam program-program
yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
yang dimaksud dengan kurikulum dalam pendidikan?
2. Bagaimana
yang dimaksud dengan kurikulum dan teori-teori pendidikan?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
yang dimaksud dengan kurikulum dalam pedidikan
2. Mengetahui
yang dimaksud dengan kurikulum dan teori-teori pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kurikulum
dalam pendidikan
Kurikulum merupakan syarat mutlak
bagi pelaksanaan pendidikan formal di sekolah. Setiap praktek pendidikan
diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan
penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan
bekerja.
Konsep kurikulum
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Menurut
pandangan lama, kurikulum merupkan kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Selanjutnya beralih pada pendapat
yang menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman
belajar. Tetapi Johnson mengatakan pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi
interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan
kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi
hasil pengajaran. Menurut Johnson semua yang berkenaan dengan perencanaan dan
pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi,
termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil
belajar yang diharapkan dicapai siswa.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut beberapa ahli lain memandang
kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran . sistem persekolahan
terbentuk atas empat subsistem yaitu
mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum.
Kurikulum juga
sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dan kurikulum yang funsional.
Menurut Beauchamp kurikulum adalah suatu
rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana itu sudah masuk
pengajaran . selanjutnya, Zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak
dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam
proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan
rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang
beroprasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen
kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas merupakan kurikulum
fungsional.
Hilda Taba
(1962) mempunyai pendapat perbedaan antara kurikulum dan pengajaran bukan terletak pada implementasinya melainkan
pada keluasan cakupannya . kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan
metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit lebih
khusus menjadi tugas pengajaran. Menurut Taba keduanya membentuk satu kontinum,
kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan
pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.
Menurut
Beauchamp kurikulum sebagai bidang studi yang membentuk suatu teori yaitu teori
kurikulum. Bidang cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi konsep
kurikulum, penentuan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum ,
implementasi dan evaluasi kurikulum.
Selain sebagai bidang studi, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran
dan sebagai suatu sistem yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. Sebagai
suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan
yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran dan jadwal waktu
pengajaran. Sebagai suatu sistem,
kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi
sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut
penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur
pengembangan kurikulum, penerapan , evaluasi dan penyempurnaannya. Fungsi utama
sistem kurikulum adalah dalam pengembangan , penerapan, evaluasi dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen
tertulis maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis.
B.
Teori
pendidikan
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
teori pendidikan. Karena penyusunan kurikulum mengacu pada satu atau beberapa
teori kurikulum dan suatu teori kurikulum dijabarkan dari teori pendidikan
tertentu. Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana kongkrit penerapan dari
suatu teori pendidikan. untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan
pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model konsep kurikulum
dari masing-masing teori. Ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan
oleh para ahli pendidikan dan dipandang
mendasari pelaksanaan pendidikan, yaitu sebagai berikut (Nana Syaodih
Sukmadinata, 1997:7): pendidikan klasik, pendidikan pribadi, teknologi
pendidikan, dan pendidikan interaksional.
1.
Pendidikan
Klasik
Pendidikan
Klasik atau classical education dapat
dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep ini bertolak dari asumsi
bahwa seluruh warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai yang
telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara
mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada generasi
berikutnya. Guru atau pendidik tidak perlu susah-susah mencari dan menciptakan
pengetahuan, konsep dan nila-nilai baru, sebab semuanya telah tersedia, tinggal
menguasai dan mengajarkan kepada anak. Tugas guru dan para pengembang kurikulum
adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik selain itu pendidik bukan hanya
mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan
nilai. Mendidikan nilai tidak sama dengan mengajarkan pengetahuan yang
berbentuk penyampain informasi tetapi peril di manifestasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut konsep pendidikan klasik, guru atau pendidik adalah ahli
dalam bidang ilmu dan juga contoh dan model nyata dari pribadi yang ideal.siswa
merupakan penerima pengajaran yang baik, tetapi sebagai penerima informasi yang
sesungguhnya mereka pasif. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan daripada proses. Isi pendidikan atau materi ilmu tersebut diambil
dari khazanah ilmu pengetahuan, berupa displin ilmu yang telah ditemukan dan
dikembangkan oleh para ahli tempo dulu. Materi ilmu pengetahuan yang diambil
dari displin ilmu tersebut telah tersusun dengan logis dan sistematis jadi
pendidikan lebih menekan perkembangan segi-segi intelektual dari pada segi
emosional dan psikomotorik.
Ada
dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme
dan esensialisme. Keduanya memiliki
pandang yang sama tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis. Dalam
penyusunan kurikulum, mata pelajaran dipilih dan ditentukan sekelompok orang
ahli, disusun secara sistematis dan logis dan diarahkan pada perkembangan kemampuan
berfikir.
Perenialisme
berkembang di Eropa dalam masyarakat aristokratis agraris. Mereka lebih
berorientasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan-tuntutan
masyarakat yang berkembang saat sekarang. Pendidikan lebih menekankan
humanistis, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Konsep-konsep
filososfis lebih banyak mewarnai pendidikan ini. Isi pendidikan lebih banyak
bersifat pendidikan umum (general
education atau liberal art)
dengan model mengajar yang bersifat ekspositori sedangkan model belajarnya
adalah simulasi. Pendidikan menurut pandangan mereka adalah bebas nilai (value free) dan bebas dari kebudayaan (culture free) artinya tidak terikat atau
diwarnai oleh nilai-nilai dan karteristik masyarakat sekitar.
Esensialisme berkembang di Amerika Serikat
dalam mayarakat industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humanistis.
Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan generasi muda
untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa sekarang
dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukam
keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational.
Para esensial bersifat praktis mengutamakan kerja, mereka menghargai seni,
keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung kehidupan sehari-hari,
kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan, menurut para esensialis adalah
(1) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (2) dapat bekerja sama lebih baik
dengan orang dari berbagai tingkatan/lapisan masyarakat (3) memperoleh
pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran praktis bahwa pendidikan adalah
jalan untuk mencapai sukses dalam kehidupan, terutama sukses secara ekonomis.
Sebenarnya dalam pendidikan klasik
terdapat aliran lain yaitu eksistensialisme. kaum eksistensialisme
memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu
ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang
sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Jadi dalam pendidikan tidak semestinya membelenggu manusia. Oleh
karena manusia adalah makhluk yang bebas dan kreatif, maka pendidikan harus
pula menjadi wahana pembebasan dan kreativitas manusia. Dengan kata lain,
pendidikan yang diilhami oleh eksistensialisme adalah pendidikan yang membumi,
yang berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan kongkrit yang dihadapi
manusia. Kurikulum pada
sekolah eksistensialis sangat terbuka terhadap perubahan karena ada dinamika dalam konsep kebenaran,
penerapan, dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa
harus memilih mata pelajaran yang
terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan
kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat (Rukiyati, 2009: 102).
2.
Pendidikan
Pribadi
Pendidikan
pribadi (personalized education ) lebih mengutamakan peranan siswa.
Konsep pendidikan ini bertolak belakang dari anggapan dasar bahwa, sejak
dilahirkan , anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir,
berbuat , memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri.
Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yang
menunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru, seperti halnya seorang
petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air , udara, dan sinar
matahari yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman (peserta didik).
Pendidikan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik
menjadi subjek pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan.
Pendidik menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai model dan ahli dalam
disiplin ilmu. Ia lebih berfungsi sebagai psikolog yang mengerti segala
kebutuhan dan masalah peserta didik. Ia juga berperan sebagai bidan yang membantu
siswa melahirkan ide-idenya. Guru adalah pembimbing, pendorong (motivator ),
fasilitator, dan pelayan bagi siswa.
Pendidikan berdasar dari kebutuhan dan
minat siswa. Siswa menjadi subyek pendidikan. Seorang pendidik berperan untuk
menyampaikan informasi dan ahli dalam disiplin ilmu, juga sebagai psikolog yang
mengerti kebutuhan dan masalah siswa.
Teori
ini memiliki dua aliran, yaitu :
a)
Pendidikan progresif
Tokoh pendahulu pendidikan progresif
adalah Francis Parker yang membawa aliran ini dari Eropa ke Amerika ini menjadi
lebih terkenal di Amerika berkat percobaan-percobaan yang dilakukan John Dewey
dengan sekolah-sekolah laboratoriumnya. John Dewey menerapkan prinsip belajar
sambil berbuat ( learning by doing ). Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang
muncul dalam kehidupannya. Berkat
refleksinya itu ia memahami dan dapat menggunakannya bagi kehidupan. Guru lebih
merupakan ahli dalam metodologi daripada
dalam bahan ajar. Guru membantu perkembangan siswa sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing. Perkembangan emosi dan social siswa sama pentingnya
dengan perkembangan intelektualnya. Dalam pendidikan progresif, siswa merupakan
satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan
perkembangan intelektual. Isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Guru berperan sebagai ahli dalam
metodologi dalam bahan ajar.
Sehubungan dengat hal tersebut John
Dewey mengemukakan ide dan gagasannya dalam konsep " PENDIDIKAN PROGRESIF
" sebagai berikut: (http://organisasi.org/konsep-pendidikan-progresif-john
dewey-analisa-strategi-pembelajaran-ke-depan)
1. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara perorangan (indivudually learning).
2. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (learning experiencing).
3. Guru
memberi dorongan semangat dan motivasi bukan hanya pemerintah.
Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang merupakan kebutuhan siswa.
Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang merupakan kebutuhan siswa.
4. Guru
mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktifitas kehidupan belajar di sekolah
yang mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan.
5. Guru
memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup itu
dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.
Berdasarkan
fakta dan realitas tersebut sudah seyogyanya sistem pengajaran lama yang
bersifat hafalan, verbalistik dan berbagai aktifitas yang mekanistik di kelas
tidak diterapkan lagi. Strategi dan metode pembelajaran yang memberi kebebasan
siswa dalam melakukan penelitian dan menemukan sesuatu hal utamanya diberikan
kepada siswa, berlebih dalam berbagai aktifitas ekstra kurikuler.
b)
Pendidikan romantik
Pendidikan romantik berasal dari
pemikiran Jean Jacques Rousseau yang mengemukakan bahwa semua ciptaan Tuhan termasuk
anak adalah baik dan menjadi kurang baik atau rusak di tangan manusia. Secara
alamiah, manusia baik, merdeka dan gentle. Ia ingin mengembalikan pendidikan
kepada pendidikan alam, sebab secara alamiah manusia baik. Setiap orang mempunyai nurani yang berisi
kejujuran, kebenaran, dan ketulusan. Inilah yang harus ditemukan , didengarkan,
dan di ikuti. Rausseau menolak pendidikan yang mengutamakan intelektual.
Pendidikan adalah proses individual yang berisi rentetan pengembanagn
kemampuan-kemampuan anak, berkat interaksi
dengan berbagai aspek dalam lingkungan maka terjadi rentatan
pengembangan kemampuan-kemampuan anak. Rousseau memandang pendidikan
sebagai a lifelong personal growth process rather than an information and skill
gathering process that exists only during the school years.
Pengalaman
merupakan isi sekaligs guru alamiah bagi anak. Anak tidak diajari, tetapi
didorong untuk belajar. Guru menyediakan lingkungan belajar, memberikan
kebebasan agar anak belajar dan berkembang sendiri, dan mewujudkan rasa ingin
tahunya. Ia dibiarkan untuk mengalami sendiri, mewujudkan dorongan-dorongannya
dan tumbuh sesuai dengan polanya. Guru juga berperan sebagai sumber lingkungan
belajar, yang selalu siap memberikan bantuan kepada siswa, ia berusaha mencegah
hal-hal yang mungkin mengganggu perkembangan siswa.
Kurikulum
pendidikan pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan siswa.
Materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Pengembangan
kurikulum dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan siswa. Tidak ada suatu
kurikulum standar, yang ada adalah kurikulum minimal yang dalam implementasinya
dikembangkan bersama siswa. Isi dan proses pembelajarannya selalu berubah
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3.
Teknologi
Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam
teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Teknologi pendidikan lebih
berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang, tidak seperti pendidikan
klasik yang lebih melihat ke masa lalu. Perkembangan teknologi pendidikan
dipengaruhi dan sangat diwarnai oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu memang
sangat masuk akal, karena teknologi pendidikan bertolak dari dan merupakan
penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah
masuk ke semua segi kehidupan, termasuk dalam pendidikan.
Menurut pandangan klasik, pengalaman
manusia itu bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Berbeda dengan
pandangan teknologi pendidikan, pengalaman manusia itu selalu berubah, hari ini
lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Kehidupan dan
perkembangan itu selalu baru. Menurut teori ini, pendidikan adalah ilmu dan
bukan seni, pendidikan adalah cabang dari teknologi ilmiah. Dengan pengembangan
desain program, pendidikan menjadi sangat efisien. Efisiensi merupakan salah
satu cirri utama teknologi pendidikan. Dalam pengembangan desain program,
teknologi pendidikan juga melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-alat
audiovisual dan media elektronika. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi
pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa
data-data objektif dan keterampilan-keterampilan yang mengarah kepada kemampuan
vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program dan disampaikan dengan
menggunakan bantuan media elektronika dan para siswa belajar secara individual.
Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan
secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera
digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih
banyak melakukan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman
bahan. Apabila digunakan media elektronika, guru terbebas dari tugas
pengembangan segi-segi nonintelektual.
Kurikulum teknologi pendidikan menekankan
kompetensi atau kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari
dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan
kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut
disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan
atau guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat
kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai
dengan rincian bahan ajar yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam
satuan-satuan bahan ajar. Dalam satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula
kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
Teknologi pendidikan dapat didefinisikan
dengan berbagai macam formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar,
karena berbagai formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi
pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi
manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan
organisasi. Teknologi pendidikan memakai pendekatan yang sistematis dalam
rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar.teknologi pendidikan
merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara
sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan
penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh
bidang pendidikan secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam berbagai
kegiatan pendidikan.
Teknologi pendidikan merupakan
spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang terutama berkepentingan
dalam mengatasi masalah belajar pada
manusia, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani dan
menerapkan konsep system dalam usaha pemecahannya itu. Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori,
model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain seperti ilmu perilaku,
ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang
tidak dapat diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan
sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan,
meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan gejala, konsep, teori yang
saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu, yang merupakan pendekatan
isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada perlunya ada daya lipat atau
sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum
jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan
perkembangan budaya dan hasrat manusia untuk memperbaiki dirinya.
4.
Pendidikan
Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari
pemikiran manusia sebagai mahluk social. Dalam kehidupanya, manusia selalu
membutuhkan manusia lain, selalu hidup bersama, berinyeraksi, dan bekerja sama.
Karena kehidupan bersama dan kerja sama ini, mereka dapt hidup, berkembang dan
mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
Dapat dibayangkan apa yang akan dihadapi seseorang, bila ia hidup sendiri
disebuah pulau terpencil. Bila lingkunganya mendukung, mungkin ia dapat
bertahan hidup, tetapi apabila tidak, mungkin tidak dapt hidup atau tidak dapat
mencapai kemajuan seperti yang dialami oleh orang- oranh yang hidup bersama
dengan orang lain.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk
kehidupan juga berintikan kerjasama dan interaksi. Dalam pendidikan klasik dan
teknologi interaksi terjadi sepihak dari guru kepada siswa, sedangkan dalm
pendidikan romantic dan progresif terjadi sebaliknya dari siswa kepada guru.
Pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihaki guru kepada siswa dan
siswa kepada guru. Lebih luas, interaksi
ini juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara
pemikiran siswa dengan kehidupanya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai
bentuk dialog.
Dalam pendidikan interaksional, belajar
lebih dari sekedar mempelajari fakta- fakta. Siswa mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta- fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat
menyeluruh serta memahami dalm lonteks kehidupannya. Setiap siswa, Begitu juga
guru , mempunyai rentetan pengalaman dan persepsi sendiri. Dalam proses belajar
persepsi- persepsi yang berbeda tersebut digunakan untuk menyoroti masalah
bersama yang muncul dalm kehidupannya. Dalam proses seperi itu dialog
berlangsung, setiap siswa dan guru saling mendengarkan , memberikan pendapat,
saling mengajar dan belajar. Pemahaman yang muncul dari situasi demikian
melebihi jumlah selurh sumbanagn para peserta. Siswa tidak hanya berperan
sebagai siswa, tetapi juga sebagi guru,
dan guru uga pada suatu saat berperan sebagai siswa yang turut belajar bersama
para siswanya.
Interaksi juga terjadi antara siswa dengan
bahan ajar. Interaksi ini bukan hanya bukan hanya pada tingkay apa dan
bgaimana, tetapi lebih jauh yaitu pada tingkat mengapa, tingkat mencari makana
baik makna social (socially conscious) maupun makna pribadi (self conscious).
Isi atau bahan ajar ini berkenaan dengan lingkungan sosial- budaya yang mereka
hadapi saat ini. Setelah mengetahui makna dari fakta- fakta dan nilai – nilai
dari sosial – budaya, mereka mengadakan evaluasi, kritik dari sudut kepentinganya
bagi kesejahteraan umat manusia.
Siswa sebagai individu selalu berinteraksi dengan lingkunganya,
selalu terajadi hubungan timbal balik antara keduanya. Pandangan –pandanganya
mempengaruhi bentuk dan pola lingkunganya, di lain pihak kekuatan dan keterbatasan
lingkungan mempengaruhi individu siswa. Lingkungan merupakan bagian dari
kehidupan siswa. Interaksi juga terjadi antara pemikiran siswa dengan kehidupan
siswa. Suatu kebenaran tidak akan diyakininya apabila tidak dicobakan dan
dihayati dalam kehidupannya sehari- hari.
Sekolah berbeda dengan pendidikan, tetapi
mempunyai peranan penting dalam system masyarakat. Sekolah merupakan pintu
untuk memasuki masyarakat, menentukan stratifikasi social, dan memberikan
kesiapan untuk melakukan berbagai pekerjaan. Sekolah menyiapkan anak dengan
berbagai ketrampilan social juga ketrampilan bekerja. Lebih jauh sekolah juga
berperan dalam membina sikap positif terhadap dunia kerja, disiplin kerja, dan
sebagainya. Pendidikan berperan dalam membangunkan identitas pribadi,
memperbaiki modus dari kehidupan.
Proses belajar dalam model interaksi
terjadi melalui dialog dengan orang lain apakah dengan guru, teman atau yang
yang lainya. Belajar adalah kerjasama dan saling ketergantungan dengan orang
lain. Siswa belajar memperhatikan, menerima, meniali pendapat orang lain, dan
belajar menyatakan pendapat dan sikapnya sendiri. Melalui interaksi tersebut
muncul pengetahuan, pendapat, sikap, dan ketrampilan – ketrampilan baru. Guru
berperan dalm menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan
saling membantu. Bahan ajar diambil dari lingkungan sosial – budaya yang
dihadapi para siswa sekarang. Mereka diajak untuk menghayati niali- nilai
social-budaya yang ada di masyarakat, memberikan penilaian yang kritis,
kemudian mereka mengembangkan persepsinya sendiri terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat.
Kurikulum pendidikan interaksional
menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan
terdiri atas problem – problem nyata yang aktual yang dihadapi dalam kehidupan
di masyarakat. Proses pendidikanya berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok
yang mengutamakan kerjasama, baik antar siswa, siswa dan guru, maupun antar
siswa dan guru dengan sumber- sumber belajar yang lain. Kegiatan penilaiaan
dilakukan untuk hasil maupun proses belajar. Guru-guru melakukan kegiatan
penelitian sepanjang kegiantan belajar.
BAB
III
PENUTUP
Konsep kurikulum berkembang
sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi
sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Menurut pandangan
lama, kurikulum merupkan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru
atau dipelajari oleh siswa. Selanjutnya beralih pada pendapat yang menekankan
pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar.
Kurikulum mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan teori pendidikan. Karena penyusunan kurikulum mengacu
pada satu atau beberapa teori kurikulum dan suatu teori kurikulum dijabarkan
dari teori pendidikan diantaranya pendidikan klasik, pendidikan pribadi,
teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional.
Kurikulum Pendidikan Hi guys! You can also downloading Software Buku Induk here!
BalasHapus