Pages

Sabtu, 15 Desember 2012

SAFFE Model



A.      Latar Belakang
Pengajaran identik dengan pendidikan, dalam setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai peserta didik. Dalam proses belajar tersebut terdapat model pembelajaran sebagai pola kegiatan pembelajaran, tentunya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan  siswa agar peserta didik dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya masing-masing.
Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, karena alasan itulah penulis dalam makalah ini akan memaparkan model pembelajaran SAFFE yang diharapkan dapat bermanfaat untuk kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupun aktivitas secara berkelompok, membuat aktivitas pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan setiap individu berkatifitas secara bebas sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Kesemuanya itu di atur secara sistematis dan diharapkan dikembangkannya model-model pembelajaran seperti ini akan memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk menemukan model terbaik sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
B.        Adanya Model SAFFE
Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas dan interaksi antara siswa dan guru yang dikendalikan melalui perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran perlu dilakukan secara sistematis berdasarkan prosedur pembelajaran yang telah dikembangkan. Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah mampu memahami dan melaksanakan prosedur pembelajaran dalam pembelajaran kelompok, individual maupun klasikal.
Untuk menerapkan kemampuan tersebut sebaiknya guru mengingat kembali tentang konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran, tentang berbagai jenis pendekatan belajar dan pembelajaran serta tentang berbagai jenis strategi belajar mengajar, terutama strategi yang sesuai dengan tuntutan KBK seperti pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis penemuan (inquiry), pembelajaran berbasis kajian (investigasi) dan ekspositori.
 Secara umum tahapan pembelajaran menjadi tiga tahapan sebagai berikut tahapan kegiatan prapembelajaran atau kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran. Setiap tahapan tersebut ditempuh secara sistematis, efektif dan efisien. Proses pembelajaran merupakan salah satu tahapan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu ditempuh melalui prosedur yang sistematis dan sistemik. Prosedur pembelajaran tersebut merupakan proses yang berurutan dalam membentuk kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dalam prosesnya pengelolaan tersebut harus diarahkan hingga menjadi suatu proses bermakna dan kondusif dalam pembentukan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan belajar selain dikembangkan secara sistematis, efektif dan efisien juga perlu variasi kegiatan sebagai alternatif untuk menumbuh kembangkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar. [1] Seperti yang dikemukakan diatas, diharapkan model pembelajaran SAFFE (Sitematis, Aktif, Fun, Facilitate, Evaluasi) ini dapat membantu menyelesaikan masalah dalam kegiatan pembelajaran.
C.       Perincian Model SAFFE
Model SAFFE ini merupakan model yang mengutamakan sebuah sistematika dalam pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan, seperti singkatan dari model SAFFE itu sendiri adalah Sitematis, Aktif, Fun, Facilitate, Evaluasi.
a.    Sistematis (S)
Sistematis yang dimaksud disini adalah sebuah rancangan yang dibuat sebelum pembelajaran dilaksanakan. Aspek dari sistematis tersebut antara lain Penentuan tujuan yang menyatakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mengikuti program instruksional tersebut dengan menganalisis kebutuhanya,  mementukan  kurikulum dan bahan ajar (materi) yang akan diberikan, Identifikasi kemampuan awal siswa dan karakteristik siswa antara lain ciri-ciri umum yang terdapat pada seseorang murid seperti umur, bakat, gaya pembelajaran petempatan / daerah / kawasan,budaya dan kelas atau taraf ekonomi, dan media atau sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b.   Aktif (A)
Aktif yang dimaksudkan dalam model ini memerlukan kaidah pengajaran dan pembelajaran yang mewujudkan suasana yang aktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, guru dan alat bantu mengajar (media) serta peserta didik dan alat bantu mengajar (media). Secara tidak langsung komunikasi juga dapat diwujudkan secara menyeluruh sepanjang proses belajar dan mengajar. Hal ini dapat menghasilkan pembelajaran lebih memberi kesan yang baik terhadap guru dan pelajar.
c.    Fun (F)
Fun (menyenangkan) disini mempunyai maksud pada saat proses pembelajaran berlangsung terjadinya rangsangan tersendiri bagi peserta didik. Karena peserta didik akan merasakan kebutuhan ataupun harapan dalam proses pembelajaran itu terwujud dan sedang ia lakukan terlebih pendidik (guru) selalu memberikan motivasi belajar kepada peserta didiknya sehingga suasana pembelajaran pun terpusat dan menyenangkan.
d.   Facilitate (F)
Facilitate (memudahkan) yang dimaksud dalam model ini membetuk situasi belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki setiap individu. Semua itu diharapkan dapat memudahkan peserta didik dapat memahami pembelajaran sehingga ada kesan tersendiri dari tiap individu dalam penguasaan pembelajaran.
e.    Evaluasi (E)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu:
1)      Penilaian Hasil Belajar Siswa,
·         Penilaian Hasil Belajar Siswa yang Otentik,
·         Penilaian Hasil Belajar Portofolio
·         Penilaian Hasil Belajar yang Tradisional / Elektronik.
2)      Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media
Ada beberapa fungsi dari evaluasi antara lain :
  1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
  2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
  3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
  4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam mengambil keputusan.
  5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai
  6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orangtua, guru, pengembang kurikulum, pengambil kebijakan.[2]        

Rounded Rectangle: SAFFE
Model SAFFE sendiri adalah modifikasi dari model ASSURE dan teori belajar konstruktivisme.

D.       Strategi Pelaksanaan Model SAFFE
Strategi pelaksanaan pada model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
Ø  Menganalisis kebutuhan agar terbentuknya suatu tujuan pembelajaran.
Analisis kebutuhan untuk membentuk tujuan pembelajaran disini adalah langkah awal yang menyatakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran tersebut. Tujuan tersebut bisa dapat disimpulkan dari menganalisis masalah-masalah pembelajaran pada siswa sehingga itulah yang dibutuhkan oleh siswa.
Ø  Menganilisis karakteristik siswa
Setiap guru harus mampu menganalisis siswa-siswanya, analisis yang dilakukan sebagai berikut:
a)      Karakteristik Umum : faktor usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, budaya dan sosial serta ekonomi. Dengan analisis tersebut akan dapat membantu membentuk suatu strategi, metode ataupun media yang sesuai.
b)      Kompetensi Awal menurut paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.[3]
c)      Gaya Belajar adalah sebuah pengelompokan sifat setiap siswa dalam memahami pembelajaran, baik itu bersifat melalui penglihatan, pendengaran, ataupun tindakan. Oleh karena itu guru harus peka dengan adanya gaya belajar tersebut agar dapat menjalankan pembelajaran dengan seimbang.
Ø  Memilih dan mengembangkan strategi (metode, media, dan bahan ajar)
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.[4]
Ø   Pelaksanaan Pembelajaran
Guru membuat kelompok belajar tentunya dengan melihat dari gaya belajar dari tiap siswa. Pada saat pembahasan materi baru guru membentuk kelompok dengan menggabungkan setiap siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda dan guru pun berperan seperti sahabat bagi siswanya agar setiap siswa dapat merasakan bahwa dirinya dihargai. Karena dengan begitu siswa akan merasakan pembelajaran tersebut menyenagkan sehingga dapat mengeluarkan kemampuannya (aktif) dan memudahkan kepahaman dari setiap meteri yang diberikan.
Ø  Evaluasi dan Revisi
a)      Menilai hasil pebelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
b)      Menilai motode dan media
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya: diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan spesialis media akan memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa mendatang.
c)      Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan dan merevisinya[5]
E.        Kelebihan dan Kelemahan Model SAFFE
Keunggulan :
v  siswa tidak mudah bosan.
v  pembelajaran yang facilitate (memudahkan) akan terus diingat.
v  melatih peserta didik menjadi lebih mandiri.
v  melatih kerjasama dengan orang lain.
v  melatih keberanian peserta didik dalam bersosial.
Kelemahan :
v  waktu yang diperlukan cenderung lama,
v  tugas menjadi banyak
v  perlunya kreatifitas guru untuk merancang pembelajaran
Tips Dalam Model Pembelajaran SAFFE :
o   Pada awal pertemuan pastinya ada sesi perkenalan, dari situlah guru dapat mengetahui daerah asal para siswa sehingga guru dapat memperkirakan bagaimana karakteristik siswa tersebut.
o   Pre test dilakukan di awal sebelum memulai menyampaikan materi pelajaran agar guru dapat mengetahui secara langsung seberapa besar kemampuan siswanya.
o   Guru selalu memberikan tugas yang merujuk pada materi yang baru saja diajarkan agar siswa dapat mengkaji ulang kembali dirumah.
o   Guru selalu memberitahu atau mengingatkan materi apa yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya agar siswa selalu bisa siap mengikuti kegiatan pembelajaran.



F.        Kesimpulan
Model SAFFE ini modifikasi dari model ASSURE dan teori belajar konstruktivisme dan merupakan model yang mengutamakan sebuah sistematika dalam pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan, seperti singkatan dari model SAFFE itu sendiri yaitu:
Sitematis, dalam merancang sebuah sistem pembelajaran
Aktif, dalam mewujudkan suasana yang aktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, guru dan alat bantu mengajar (media) serta peserta didik dan alat bantu mengajar (media).
Fun, pada saat proses pembelajaran berlangsung terjadinya rangsangan tersendiri bagi peserta didik sehingga membuat peserta didik menyenangi pembelajaran tersebut.
Facilitate, membetuk situasi belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki setiap individu.
Evaluasi, penilaian dan perbaikan  untuk mengembangkan kualitas pembelajaran.











Daftar Pustaka
http://erlinna.wordpress.com/pengetahuan/assure-model/ diakses pada : sabtu, 15 desember 2012 pukul 10.11 WIB


[3] http://sajarwo87.wordpress.com/2012/02/27/teori-belajar-konstruktivistik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/
[4] Ibid
[5] http://erlinna.wordpress.com/pengetahuan/assure-model/

0 komentar:

Posting Komentar